Puisi WS Rendra - Sajak Pertemuan Mahasiswa

Jun 22, 2018 0

Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

WS Rendra Muda

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.

Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !

Peran Penting Pendidik dalam Sudut Pandang Islam

April 20, 2018 0

Seorang pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dan terhormat dalam pendidikan Islam. Imam Al-Ghazali dalam tulisannya mengungkapkan bahwa “Seseorang yang berilmu kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah yang dinamakan orang besar di kolong langit ini. Dia itu ibarat matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri. Ibarat minyak kesturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan ia sendiri pun harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan sangat penting. Maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya ini.”

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang sangat penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tape recorder, komputer, internet maupun teknologi yang paling modern. Unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, serta motivasi kebiasaan dan keteladanan tidak akan dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Itu berarti, peran guru sangat strategis. Tetapi, tugas dan tanggungjawab guru pun sangat berat, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah, guru menjadi ukuran bagi murid-muridnya. Di masyarakat, guru menjadi suri teladan bagi warga masyarakat.

Menurut Al-Qur’an, tugas pokok Rasulullah SAW adalah mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia, serta mensucikan hati umatnya, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwanya.  Sebagai seorang pendidik yang agung, Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi lebih dari itu, ia mengemban tugas untuk memelihara kesucian manusia. Bagaimana dengan guru? Sebagai pendidik, guru juga harus memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kesucian dan fitrah peserta didiknya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan hal itu, al-Nahlawi berkesimpulan bahwa ada dua tugas pokok atau peran utama seorang guru dalam pendidikan Islam.
 
1. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembankan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.

2. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.

Karena peran dan fungsi pendidik yang sangat begitu berat, sosok pendidik yang utuh dan tahu terhadap kewajiban dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik sangat dibutuhkan. Pendidik juga harus mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam arti luas. Ia juga harus memahami risalah yang dibawa Rasulullah SAW serta mengamalkannya dengan konsisten yang sangat baik sehingga mendukung proses pembelajaran.

Syarat Pendidik dalam Sudut Pandang Islam

April 20, 2018 0

Dalam konsepsi Islam, Muhammad Rasulullah SAW adalah al-mu’allim al-awwal (pendidik pertama dan utama), yang telah dididik oleh Allah SWT Rabb al-‘Alamin. Pendidik teladan dan percontohan ada dalam diri pribadi Rasulullah SAW yang telah mencapai tingkatan pengetahuan yang tinggi, akhlak yang luhur, dan menggunakan metode dan alat yang tepat. Hal ini karena beliau telah dididik melalui ajaran-ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an. Q.S. Al-Qalam [68] ayat 4 menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sungguh memiliki akhlak yang agung, yang diperoleh dari pendidikan yang baik (ahsan ta’dib). Ketika Rasulullah SAW bersabda bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, Abu Bakar bertanya, “Saya tidak melihat dan mendengar seseorang yang lebih fasih dan lebih baik daripada Engkau, siapa yang telah mendidik Engkau?” Rasulullah SAW menjawab, “Tuhanku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan (ahsan ta’dib).

Seorang pendidik dengan berbagai kompetensinya diharapkan dapat menjalankan tugas profesinya dengan baik, ibarat seorang rasul menyampaikan risalah kepada umatnya. Untuk itu, Abdurrahman Al-Nahlawi mensyaratkan sepuluh sifat yang harus dimiliki pendidik. Kesepuluh sifat ini sebagai berikut.

1. Tujuan hidup, tingkah laku, dan pola pikir pendidik hendaknya bersifat rabbani, yaitu bersandar kepada Allah SWT, menaati Allah SWT, mengabdi kepada Allah SWT, mengikuti syariat-Nya, dan mengenal sifat-sifat-Nya.

2. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh keikhlasan. Pendidik dengan keluasan ilmunya hendaknya menjalankan profesinya hanya bermaksud mendapatkan keridhaan Allah SWT dan menegakkan kebenaran.

3. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran, karena tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan tergesa-gesa.

4. Menyampaikan apa yang diserukan dengan penuh kejujuran. Apa yang disampaikan terlebih dahulu sudah diamalkan pendidik, baik perkataan maupun perbuatan, agar anak didik mudah mengikuti dan menirunya.

5. Senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan terus menerus membiasakan diri untuk mempelajari dan mngkajinya. Pendidik tidak boleh puas dengan ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

6. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik, dan pandai menentukan pilihan metode yang digunakan sesuai suasana mengajar yang dihadapinya.

7. Memiliki kemampuan pengelolaan belajar yang baik, tegas dalam bertindak, dan mampu meletakkan berbagai perkara secara proporsional.

8. Mampu memahami kondisi kejiwaan peserta didik yang selaras dengan tahapan perkembangannya, agar dapat memperlakukan peserta didik sesuai kemampuan akal dan perkembangan psikologisnya.

9. Memiliki sikap yang tanggap dan responsif terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia, yang dapat memengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir peserta didik.

10. Memperlakukan peserta didik dengan adil, tidak cenderung kepada salah satu dari mereka, dan tidak melebihkan seseorang atas orang lain, kecuali sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.

Metode dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

April 09, 2018 0

Menurut Rusman (2011: 223-233) model make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007: 59).

Suyatno (2009: 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.

Tujuan dari pembelajaran dengan model make a match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match juga akan memberikan kesan kepada peserta didik sehingga ingatan akan materi yang dipelajari dengan model ini akan tertanam dengan baik. Oleh karena itu model ini perlu untuk dikaji dan dipraktikan oleh para guru dalam pembelajaran di kelas.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
  3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
  4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  6. Kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
  2. Meningkatkan kreativitas belajar siswa.
  3. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
  4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran.
  2. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.
  3. Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.
  4. Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.

Guitar chords Raihan - Ababil

Mac 25, 2018 0

      Am                   F
Bagai gempa bumi
Am                        F
Yang menggegarkan
C                      G             F
Tentara bergajah Abrahah
                 G                                C
Ingin memusnahkan kota Mekah
                      G
Kerana dengki
                F                   G
Dan benci terhadap rumah Allah

      Am                  F        Am                 F
Tiada yang mampu untuk membantu
       C                       G
Bumi hanya berserah
          F            G
Kepada yang punya Ka'bah
C                          G                      F
Yakin dan berdo'a Allah sendiri
                    G
Yang akan menjaganya

  C      G
Ababil...
           F                      G
Kisah benar dari Al-Qur'an
  C      G
Ababil...
            F                          G
Bukan hanya kisah dongengan
  C      G
Ababil...
         F                        G
Satu bukti bantuan Tuhan
   F     G  F         G
Jika kita bertakwa
F                     G
Dan bertawakal
              C
Kepadanya....

      Am                       F
Burung burung Ababil
Am            F
Dikirim Allah
C                           G                F
Melemparkan batu yang panas
             G
Batu dari neraka
        C                                 G            F
Tuk hancurkan bala tentara abrahah
                       G
Hendak pembelaannya

E
Persoalannya mengapakah kita di zaman ini
Dipermainkan sesuka hati oleh musuh kita

C
Tiada pembelaan dari tuhan untuk umat ini

     E
Tegak cinta dunia dan takut mati
Kerana cinta dunia dan takut mati
Sudah saatnya kita koreksi diri

Membatasi Jumlah Postingan Artikel pada Halaman Menu Blogger

Mac 25, 2018 0

Pada postingan kali ini saya akan berbagi tutorial untuk membatasi atau mengatur jumlah postingan artikel pada setiap menu yang terdapat di blogger. Hal ini sangat dianjurkan untuk merapihkan dan mempercantik halaman menu blog sobat sekalian. Caranya cukup mudah, hanya dengan mengedit kode HTML pada template blog anda. Lebih jelasnya ikuti tutorial dibawah ini.

1. Login ke blog kamu www.blogger.com

2. Klik Template pada menu sebelah kiri blog kamu

3. Pilih Edit HTML

4. Cari kode url menu kamu, contoh menu PENDIDIKAN Url blog saya dibawah ini (untuk mempermudah pencarian tekan Ctrl+F)

<a href='http://fiqih17.com/search/label/Pendidikan'>PENDIDIKAN</a>

5. Tambahkan max-results=7 pada menu url kamu (Angka 7 merupakan jumlah posting/artikel yang kamu inginkan dalam satu halaman), akan jadi seperti ini:

<a href='http://fiqih17.com/search/label/Pendidikan?&amp;amp max-results=7'>PENDIDIKAN</a>

6. Lalu klik simpan dan lihat hasilnya.

Semoga bermanfaat...

Karena Pacaran Itu Mendekati Zina

Mac 03, 2018 0

Baru-baru ini di Samarinda kita dapati seorang siswi SMA tengah hamil 6 bulan yang ternyata adalah hasil dari hubungan layaknya suami istri dengan kekasihnya yang masih berstatus pelajar SMP. "Mereka telah berpacaran sejak SMP, dan sebagai bukti cinta, keduanya pun berhubungan badan layaknya suami istri, yang selalu dilakukan di rumah pelaku," tutur Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Utara, Iptu Wawan Gunawan, Kamis (4/1/2018).

Sungguh ironis memang ketika kita melihat banyak sekali fenomena anak bangsa dewasa ini yang tengah mengalami degaradasi etika dan moral. Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai media masa bahkan secara langsung di lingkungan sekitar kita sendiri. Perilaku yang dianggap tabu oleh orang tua kita dahulu sekarang terjadi dimana-mana dan bahkan dianggap wajar oleh sebagian orang.

Kemajuan peradaban manusia terutama dalam bidang teknologi dan informasi tidak sepenuhnya berdampak positif, akan tetapi berbanding terbalik dengan apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yakni menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Pendidikan karakter yang terus digencarkan dalam dunia pendidikan nampaknya belum mampu membendung derasnya pengaruh media elektronik.

Tontonan yang tidak selayaknya dikonsumsi oleh pelajar sekarang bisa diakses dimana pun dan kapan pun dengan menggunakan kecanggihan dari smartphone yang dimilikinya. Adapun televisi sekarang ini lebih banyak menayangkan hal-hal yang tidak mendidik dan hanya sekedar menjadi hiburan yang tidak ada artinya. Banyak sekali film bernuansa pelajar akan tetapi tidak menayangkan esensi dari seorang pelajar yang sesungguhnya. Mereka hanya menampilkan sosok pelajar dengan dunia yang dipenuhi oleh kisah percintaan dan kekerasan semata.

Lantas bagaimana hasilnya? Contoh kasus yang terjadi di Samarinda adalah hasil dari perubahan zaman yang tidak terkendali. Modernisasi tidaklah seharusnya direalisasikan sebagai westernsisasi, karena kedua istilah tersebut merupukan istilah yang berbeda. Kebanyakan diantara kita mengartikan modern itu dengan mengikuti budaya orang barat, itu adalah suatu kekeliruan. Budaya berpacaran salah satu contoh westernisasi yang pada ujungnya membawa manusia kepada kemaksiatan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Isra ayat 32.

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."

Quraish Shihab dalam kajian tafsirnya mengemukakan bahwa kata mendekati dalam ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur'an merupakan suatu bentuk larangan yang apabila hal itu dilakukan bisa mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang buruk. Dan hal tersebut adalah suatu keburukan yang amat buruk dalam pandangan akal dan pandangan agama.

Pacaran merupakan salah satu dari banyak hal yang dapat mendekatkan diri pada zina dan perbuatan keji lainnya. Hal ini telah dibuktikan dengan kasus diatas dan banyak juga sebenarnya yang tidak dipublikasikan. Dan sudah jelas pada ayat diatas bahwasannya mendekati zina itu dilarang oleh Allah SWT dan merupakan perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.

Semoga kita senantiasa dijauhkan dari berbagai hal yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kemaksiatan. Aamiin...

3 Tahap Perkembangan Keberagamaan Peserta Didik

Februari 26, 2018 0

Muhibbin Syah dalam bukunya “Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik” setidaknya mengemukakan tiga tahapan dalam perkembangan keberagamaan peserta didik yang bisa dijadikan sumber bacaan bagi guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keberagamaan pada peserta didiknya.

Pertama, tahap fairy tale stage (dongengan). Tahap ke-1 ini berlangsung pada usia 3-6 tahun. Dalam mengenal konsep Tuhan anak lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan perasaan sesuai dengan tahap perkembangan inteleknya yang masih amat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan pada rentang usia tersebut masih diliputi fantasi dan emosi, menanggapi hiruk pikuk kehidupan keagamaan pun hanya didasarkan pada dongeng-dongeng yang menimbulkan emosi tertentu. Jiwa keagamaan anak pada pada rentang usia 3-6 tahun bersifat unreflective (tidak mendalam) dan lebih cenderung menganggap Tuhan sebagai manusia tetapi dengan kekuatan yang lebih besar daripada orang-orang sekelilingnya. Boleh jadi, jiwa keagamaan seperti ini merupakan konsekuensi dari watak egosentris anak, sehingga dalam beragama pun (termasuk cara memahaminya) masih diorientasikan pada kepentingan dirinya sendiri.

Kedua, tahap realistic stage (kenyataan). Tahap ke-2 ini berlangsung pada rentang usia sekolah MI/SD (6 atau 7-11 atau 12 tahun). Pada tahap realistic stage gagasan mengenai ketuhanan mulai ditanggapi secara realistis sesuai dengan pelajaran dari orang tua, guru di sekolah, dan ilustrasi keagamaan di sekitarnya. Meskipun sikap anak pada tahap ini masih dipengaruhi emosi, namun jiwa keagamaannya sudah tidak didasarkan pada fantasi semata, sehingga pelajaran agama dan segala amal keagamaan ia ikuti dengan penuh minat.

Ketiga, tahap individual stage (individual). Tahap ke-3 ini berlangsung pada usia remaja dan seterusnya. Pada tahap ini jiwa keagamaan manusia sudah bersifat realistis dalam arti tidak bergantung pada dongengan/fantasi dan emosi meskipun pada saat-saat tertentu jiwa keagamaannya dapat memicu emosi tertentu, misalnya ketika Tuhan dan agamanya dilecehkan orang. Di antara hal-hal penting yang perlu dicatat pada tahap ini ialah diperolehnya konsep ketuhanan yang bersifat humanistik. Artinya, agama yang ia anut telah dihayati dengan baik dan menjadi etos humanist (jiwa khas kemanusiaan) yang tertanam dalam pribadinya. Tinggi-rendahnya etos ini bergantung pada pengalaman belajar dan lingkungannya termasuk lingkungan keluarga, teman sejawat, dan lingkungan pendidikannya.

Perlu dicatat, bahwa perasaan keagamaan pada remaja peserta didik MTs/SMP dan MA/SMA pada umumnya belum stabil tapi berubah-ubah sesuai dengan pengalaman/peristiwa yang mereka alami. Kecintaan dan kebutuhan akan Tuhan misalnya, kadang-kadang tidak terasa ketika mereka mengalami kesenangan dalam kehidupan yang serba mewah dan mudah. Sebaliknya ketika mereka dalam kesulitan besar atau ancaman musibah yang menyengsarakan, mereka cenderung merasa membutuhkan Tuhan dan perlu lebih sering mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, kelabilan jiwa/perasaan keagamaan ini dapat diatasi atau diantisipasi oleh para guru agama dengan pembelajaran agama yang lebih intensif dan ekstensif. Upaya ini amat penting dalam rangka membuat agama menjadi sistem nilai diri yang dapat menuntun sikap dan perbuatan mereka sepanjang masa.

Contoh Latar Belakang Masalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Februari 19, 2018 0

Tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VII di SMP Ar-Rahman dinyatakan sangat rendah. Hal tersebut ditandai dengan kurang aktifnya siswa ketika kegiatan pembelajaran di kelas sedang berlangsung, seperti cenderung enggan mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tetapi hampir tidak ada siswa yang mau bertanya. Siswa juga enggan untuk berpendapat atau pun menjawab pertanyaan yang dilontarkan gurunya sehingga pembelajaran cenderung menjadi pasif, seolah-olah guru yang menjadi subjek dan siswa yang menjadi objek dari pembelajaran tersebut atau yang lebih dikenal dengan istilah teacher centered.

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.” Disamping itu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan hasil dan kualitas dari pembelajaran itu tersendiri. Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa “pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.”

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka apa yang terjadi pada siswa kelas VII di SMP Ar-Rahman dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan suatu permasalahan yang harus segera terselesaikan. Oleh karena itu, menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang memungkinkan dapat terjadinya interaksi antara guru dan siswa merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai langkah awal dalam upaya untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan siswa di kelas.

Untuk menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang aktif tersebut, maka metode dan model pembelajaran merupakan solusi terbaik untuk pemecahan terhadap permasalahan ini. Karena tidak dapat dipungkiri bahwasannya kebanyakan guru terlebih lagi guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih cenderung menggunakan metode dan model pembelajaran berbasis passive learning seperti ceramah, membaca, audio-visual dan lain sebagainya jika dibandingkan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran berbasis active learning seperti diskusi, jigsaw, kancing gemerincing dan lain sebagainya.

Oleh karena itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan metode dan model pembelajaran berbasis active learning untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VII di SMP Ar-Rahman.

Poligami dan Poliandri dalam Sudut Pandang Islam

Februari 16, 2018 0

Allah SWT sang maha pencipta menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan. Dimana terjadi siang maka kelak akan terjadi juga malam, ada juga bumi yang kita pijak maka ada pula langit yang menaungi kita. Adapun perasaan yang dimiliki setiap individu juga demikian. Ada rasa bahagia maka ada juga rasa sedih, ada rasa cinta maka ada juga rasa benci. Itulah yang membuat kehidupan menjadi lebih berwarna. Bisa dibayangkan apabila manusia hidup di dunia ini hanya pada waktu malam saja, atau manusia hanya merasakan kesedihan selama hidupnya. Oleh karena itu Allah juga menciptakan manusia itu dalam jenis laki-laki dan perempuan dan menjadi pasangan dalam menjalani kehidupan ini. Allah SWT berfirman dalam QS Ar-Rum ayat 21.

 وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Membangun rumah tangga yang tenteram dan penuh rasa kasih sayang merupakan dambaan setiap manusia yang lebih dikenal dalam Islam sebagai keluarga sakinah mawaddah warahmah. Namun yang jadi permasalahannya apakah bisa sebuah rumah tangga mencapai kedudukan keluarga yang didambakan tersebut apabila dilakukan dengan cara polgami atau poliandri? Maka dalam kesempatan ini penulis akan sedikit menguraikan permasalahan tersebut dari sudut pandang Islam yakni dari berbagai literatur dan diskusi yang penulis ikuti.

A. Pengertian Poligami dan Poliandri
Poligami diambil dari bahasa Inggris yakni polygamy yang berarti beristri lebih dari seorang atau dikenal dalam Islam dengan istilah تَعَدُّدُ الزَّوْجَاتِ. Istilah poligami sudah tidak asing lagi didengar dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Banyak orang membicarakan poligami dari berbagai sudut pandang ataupun menyatakan posisinya terhadap hal tersebut. Adapun poliandri adalah kebalikan dari poligami itu sendiri yang sama halnya diambil dari bahasa Inggris yakni polyandry yang berarti bersuami lebih dari seorang atau dikenal dalam Islam dengan istilah تَعَدُّدُ الأَزْوَاجِ. Mungkin untuk istilah poliandri ini jarang sekali orang mengetahuinya karena dalam kenyataannya sendiri jarang sekali ditemukan terutama di negara kita Indonesia.

B. Pandangan Islam terhadap Poligami
Islam telah mengatur sedemikian rupa perihal poligami ini dalam QS. An-Nisa ayat 3.

 وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلا تَعُولُوا

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."

Dalam tafsir Jalalain, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan bahwasannya boleh seorang laki-laki itu menikahi lebih dari seorang perempuan, yakni boleh dua, tiga atau empat tetapi tidak boleh lebih dari itu. Namun perlu digaris bawahi bahwa bolehnya hal tersebut dengan memenuhi persyaratan adil, yakni adil dalam hal giliran dan pembagian nafkah.

Adapun Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah mengatakan bahwasannya ada tiga syarat mengapa Islam membolehkan poligami. Pertama, jumlah istri tidak boleh lebih dari empat. Kedua, suami tidak boleh berlaku zalim terhadap salah satu dari mereka (harus berbuat adil). Ketiga, suami harus mampu memberikan nafkah kepada semua istrinya.

Selain dalam QS. An-Nisa ayat 3, masalah poligami ini juga terdapat dalam beberapa hadis yang kiranya dapat dijadikan sebagai penjelas dari ayat tersebut.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ غَيْلَانَ بْنَ سَلَمَةَ الثَّقَفِيَّ أَسْلَمَ وَلَهُ عَشْرُ نِسْوَةٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَأَسْلَمْنَ مَعَهُ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَخَيَّرَ أَرْبَعًا مِنْهُنَّ . ( رواه ترميدي )

"Dari ibnu Umar, bahwa Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam, sedangkan ia mempunyai sepuluh orang istri pada zaman jahiliyah, lalu mereka juga masuk Islam bersamanya, kemudian Nabi SAW memerintahkan Ghailan untuk memilih (mempertahankan) empat diantara mereka. (HR. Tirmidzi)." 

Hadis diatas merupakan pengimplementasian dari QS. An-Nisa ayat 3 dimana sudah dijelaskan dalam beberapa tafsir bahwasannya jumlah istri yang diperbolehkan dalam Islam adalah empat. Sebab itulah ketika Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam dengan para istrinya yang berjumlah 10 maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar Ghailan memilih empat istri saja dan menceraikan sisanya.

Adapun mengenai keadilan suami terhadap para istrinya, Nabi Muhammad SAW sangat menekankan hal tersebut agar dilakukan dengan sebaik mungkin.

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ لَهُ زَوْجَتَانِ فَمَالَ إِلَى أَحَدِهِمَا فِيْ الْقِسْمِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَ أَحَدُ شَاقَيْهِ مَائِلاً . ( رواه أبو داود و النّسائى و ابن ماجة و أحمد )

“Dari Abi Hurairah RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang mempunyai dua orang istri lalu ia lebih condong pada salah satunya dalam memberikan bagian, maka ia akan datang pada hari kiamat kelak salah satu betisnya dalam kedaan miring (pincang)”.

Betapa beratnya seorang suami melaksanakan keadilan sehingga Nabi Muhammad SAW memberikan peringatan kepada siapa saja yang tidak berlaku adil terhadap istri-istrinya maka kelak pada hari kiamat suami tersebut akan mendapat balasannya. Kiranya hal inilah yang harus menjadi pertimbangan untuk orang yang hendak berpoligami. Sejauh manakan dia bisa berbuat adil? Dan sudahkah dia berbuat adil untuk dirinya sendiri? Karena terkadang manusia sering lupa dan tidak sadar bahwa dia sebenarnya telah berbuat tidak adil dan dzalim terhadap dirinya sendiri. Bagaimana orang tersebut akan berbuat adil terhadap orang lain sedangkan terhadap dirinya sendiri pun dia tidak bisa.

Terkadang dalam hidup ini terasa sulit sekali untuk berbuat adil, jangankan adil kepada orang lain, coba kita renungkan diri kita sendiri. Berapa waktu yang diberikan Allah untuk kita setiap harinya? dan digunakan untuk apa saja waktu itu? Berapa waktu yang kita habiskan untuk bekerja dan beristirahat? Berapa jam kah waktu yang kita habiskan untuk belajar dan bermain? dan apakah waktu yang kita habiskan hanya berkutat seputar dunia saja? atau pernahkah kita luangkan waktu kita untuk mencapai ridha Allah? Sudah saatnya kita menintrospeksi diri.

C. Pandangan Islam terhadap Poliandri
Para ulama sepakat bahwasannya menikahi seorang perempuan yang sudah menikah adalah haram dan dilarang dalam Islam. Sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 24.

 وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." 

Adapun Nabi Muhammad SAW bersabda:

 لَا يَحِلُّ لِامِْرئٍ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ أَنْ يَسْقِيَ مَاءَهُ زَرْعَ غَيْرِهِ

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). (Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)” 

Sudah jelas bahwasannya poliandri itu tidak diperbolehkan dalam Islam. Hal ini dilarang karena poliandri akan menimbulkan berbagai masalah seperti ketidakjelasan keturunan, karena jika suami lebih dari satu maka akan sulit menentukan anak siapa yang dikandung oleh perempuan tersebut. Perempuan yang melakukan poliandri pun akan mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya yang akan mengakibatkan penyakit ganas, seperti kanker rahim dan payudara yang bisa menimpa pada wanita yang berhubungan dengan lebih satu lelaki. Hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jamal Eddin Ibrahim, seorang professor Toksiologi di Universitas of California dan Direktur Laboratorium Penelitian Hidup. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca


Demikian yang bisa penulis sampaikan melalui tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua dalam menghadapi kenyataan hidup di dunia yang tidak pernah terlepas sedikitpun dari berbagai masalah. Sebagai umat Islam kita mempunyai pedoman dalam hidup ini yakni Al-Quran dan Hadits, maka gunakanlah pedoman tersebut dalam segala urusan agar kita tidak tersesat dan berada di jalan yang lurus dalam menggapai ridha ilahi.

Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam: Penjelasan Perihal Orang-Orang Sadiqin di Dalam Tajrid

Februari 05, 2018 0

"Kehendakmu agar semata-mata beribadah, padahal Allah telah menempatkan dirimu sebagai golongan orang yang harus berusaha untuk mendapatkan kehidupan duniamu (sehari-hari), maka keinginan seperti itu termasuk perbuatan (keinginan) syahwat yang halus. Sedangkan keinginanmu untuk berusaha, Padahal Allah telah menempatkan dirimu di antara golongan yang semata-mata beribadah, mengikuti keinginanmu itu, berarti engkau telah turun dari semangat dan cita-cita yang tinggi."

Ungkapan tajrid di atas berarti meninggalkan sebab yang menjadi jalan untuk menemukan apa yang seharusnya dijalankan oleh orang-orang sadiqin, yakni dengan melaksanakan suatu sebab tidak membiarkan dirinya jatuh kepada perbuatan yang salah, karena berniat meninggalkan urusan duniawi, sebab semata-mata hendak beribadah.

Watak yang dimiliki oleh orang sadiqin, ialah tidak meninggalkan dunia karena akhirat, dan tidak meninggalkan akhirat sebab dunia. Hubungan timbal balik antara dunia dan akhirat seperti yang dikehendaki oleh Islam, adalah suatu keharusan yang patut diusahakan dan ditunjang dengan perilaku akhlak Islami yang akan menunjang semua hal yang menyangkut urusan duniawi dan ukhrawi.

Menempatkan kedua masalah tersebut di atas adalah suatu jalan yang benar bagi orang sadiqin yang memandang kehidupan dunia dan akhirat dalam semua perilaku manusia, saling menunjang dan tidak terpisahkan satu dengan lainnya.

Kedudukan manusia dalam tajrid, karena kehendak mentaati Allah, lalu meninggalkan usaha (kasab), padahal ia masih memerlukan kasab itu sebagai keperluan yang wajar secara duniawi, maka kehendak tajrid seperti itu termasuk syahwat badani yang tidak pada tempatnya. oleh karena ia membutuhkan seperti pada umumnya manusia berhubungan dalam hidup melalui tolong menolong yang berkaitan dengan sesama manusia.

Syahwat badani seperti ini memang syahwat yang halus, karena bukan perbuatan yang tidak diperbolehkan, akan tetapi tidak pada tempatnya, apalagi kalau tajrid seperti itu adalah suatu keinginan agar dianggap sebagai manusia zuhud (orang yang tidak berkehendak kepada dunia, semata-mata karena Allah). Kehendak seperti ini bertentangan dengan kehendak Allah sendiri, karena akan menjerumuskan kepada syirik yang halus pula.

Sebaliknya, orang yang telah mendapatkan keputusan Allah untuk beribadah saja (dalam maqam tajrid saja) berarti ia sudah tidak mempunyai tugas duniawi yang melibatkan dirinya pada ikhtiar duniawi, hanyalah semata-mata beribadah, karena Allah telah memilih ia untuk hal itu. Orang seperti ini bukanlah karena ia tidak memerlukan lagi kehidupan dunia, untuk keperluannya yang primer, tetap Allah telah menjamin kehidupan dunianya dengan rezeki yang tak dapat diduga-duga. Dalam urusan duniawi ia tidak terlalu mengharapkan mendapatkannya, karena ia telah siap menerima anugerah Allah dengan jalan beribadah kepada-Nya semata.

Inilah orang yang sadiqin di atas jalannya. Ia tidak tamak menghadapi hidup melewati jalan tajrid, karena menempatkan duniawi sebagai hal yang tidak mengikatnya sebagai belenggu yang merusak ibadahnya kepada Allah. Dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah, ada dua hal yang perlu diingat, lalu menempatkan diri secara teguh (istiqamah) pada tempat yang diplih si hamba untuk perjuangan hidupnya di dunia dan di akhirat. Kedudukan dua hal ini tidak berbeda. Karena niat yang tersembul dari perbuatan seperti itu sama kedudukannya, yakni untuk beribadah. Masalahnya sekarang adalah bagaimana seseorang menekuni  perilaku ibadahnya. Di satu pihak keinginan tajrid lebih kuat dan lebih dominan, di pihak lain keinginan duniawi lebih condong mengikuti semua perbuatan sebagai ibadah juga.

Untuk menghilangkan keraguan (was-was) dalam diri hamba yang sadiqin, maka harus menekuni dua perilaku tersebut, sehingga masing-masing mampu memberi nilai lebih dan menjadikannya sebagai ibadah yang bermanfaat dunai dan akhirat.

Meskipun demikian, perlu dipahami bahwasannya maqam tajrid yang telah dipilih oleh seorang hamba yang sadiqin adalah maqam yang mulia, karena tidak semua oorang mampu berada pada maqam tersebut. Maqam tajrid ini adalah plihan Allah atas hamba-Nya dalam hubungannya dengan peribadatan yang khusus.

Adapun ciri-ciri hamba yang sadiqin dan tajrid, diantaranya:
1. Mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tidak mengabaikan duniawinya.
2. Mengkhususkan diri beribadah semata-mata kepada Allah, karena Allah telah menjamin hidup duniawinya, karena ibadah-ibadah yang ia amalkan.
3. Menempatkan diri dalam hidup sederhana (qana'ah) dan menjaga kehormatannya (iffah) dalam hubungan sesama manusia.
4. Tidak menyia-nyiakan pemberian Allah yang telah diterima oleh si hamba (seperti rezeki) yang tak terduga, untuk kepentingan manusia lainnya. Kemudian ia tetap istiqamah dalam ibadah yang dijalankannya.
5. Jiwa dan ruh mereka tenang menikmati ibadah kepada Allah.
6. Mengembalikan seluruh persoalan yang telah terjadi dan yang akan terjadi kepada Allah. Serta mengerjakan sesuatu perbuatan semata-mata karena izin Allah.

Demikian sifat-sifat orang-orang sadiqin yang beriman kepada Allah atas segala ciptaannya, menerima atas segala kejadian baik dan buruk yang datang dari Allah, kemudian berusaha untuk memberi faedah kepada sesama hamba Allah.

Lirik Sholawat Illa Rasulallah (Al-Muqtashidah)

Januari 24, 2018 0

Illa Rasulallah . . . Illa Habiballah . . . Illannabi Muhammad . . .

Huwa yu’allimnas salam
Huwa yu’allimnal kalam
Nawwar lana kullal hayat
Wadkholna liljannah

Imamnahu rasulnal karim
Nurun lissama shodiq amir
Rohmah huda lil ‘alamin
Sirtu bisunnati

Illa Rasulallah . . . Illa Habiballah . . . Illannabi Muhammad . . .

Abki ‘ala dam’ie
Musytaqon lilwajhi
Jauharotul maujud
Fa’thinir ridlo ‘anni

Kafabimin ‘afwi
Yusqinimin kafi
Wadkhulu filjannah
Binida imi syar’ie

Illa Rasulallah . . . Illa Habiballah . . . Illannabi Muhammad . . .

Ya mudzhiba ghommi
Ya unsi fiyaumi
Adzabukum mathruh
Hayyash fahu anni

Wardlo an ashhaabi
Wahli wa ahbabi
War’ie likul marum
Ya Robbi was’idni

Illa Rasulallah . . . Illa Habiballah . . . Illannabi Muhammad . . .

Ya munjiyal ummah
Binnuri warrohmah
Bi ash’abil ayyam
Anta malja minni

Tahqi ala syani
Liajli wa ikhwani
Anta lana syafi’
Walqaul yaqul nafsi nafsi

Illa Rasulallah . . . Illa Habiballah . . . Illannabi Muhammad . . .

Memasang Iklan di Bawah Postingan Artikel

Januari 21, 2018 0

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi suatu tutorial tentang cara memasang iklan di bawah postingan artikel. Caranya mudah sekali, kita hanya menambahkan atau menempatkan kode iklan yang telah kita buat pada template blog kita. Untuk lebih lengkapnya silahkan ikuti langkah-langkah berikut:

1. Buat atau pilih terlebih dahulu salah satu unit iklan yang nantinya ingin anda pasang di bawah postingan artikel.
2. Masuk ke halaman dashboard blog anda, kemudian pilih menu template dan klik bagian edit HTML.
3. Jika halaman editor template sudah terbuka, untuk mempercepat proses pencarian Anda gunakan Ctrl + F dan carilah kode dibawah ini.

    <data:post.body/>

4. Copy dan Paste kan Kode iklan yang tadi sudah Anda buat tepat dibawah kode di atas.
5. Sesuaikan posisi ikan sesuai dengan yang anda inginkan.

a. Jika Anda Ingin iklan tepat berada dibawah postingan blog

    <div>
    Kode iklan yang sudah Anda Copy
    </div>

b. Jika Anda ingin Iklan Menyatu dengan teks dan tepat berada di paragraf akhir blog dengan posisi berada di kiri

    <div style=’float:left’>
    Kode iklan yang sudah Anda Copy
    </div>

c. Jika Anda Ingin Iklan Menyatu dengan teks dan tepat berada di paragraf akhir blog dengan posisi berada di kanan

    <div style=’float:right’>
    Kode iklan yang sudah Anda Copy
    </div>

6. Setelah selesai, jangan lupa untuk save atau simpan template blog anda, dan silahkan cek apakah penempatan iklan tersebut sesuai dengan keinginan Anda.

Mungkin pada saat Anda memasukkan kode iklan, Anda akan menemukan banyak sekali kode <data:post.body/> di dalam HTML template blog anda, anda dapat mencoba satu persatu dan melihat hasilnya.

Selamat mencoba...

Pengertian dan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Al-Asma Al-Husna: Al-Hadi

Januari 13, 2018 0

1. Pengertian al-Hadi
Secara etimologi kata al-Hadi diambil dari akar kata hadaya, yaitu huruf ha, dal dan ya. Ia dapat diartikan dengan penunjuk jalan karena ia selalu berada di depan memberi petunjuk. Tongkat bagi orang-orang tertentu misalnya orang buta dapat dikatakan sebagai al-Hadi karena ia digunakan mendahului kakinya sebagai petunjuk ke mana kaki harus melangkah. Selain itu al-Hadi juga dapat berarti menyampaikan dengan lemah lembut. Dari makna ini terlahir istilah hadiah karena hadiah biasanya disampaikan dengan kelembutan sebagai bentuk simpatik seseorang pada orang lain. Dari kata tersebut juga terlahir kata al-hadyu yang berarti binatang yang disembelih di baitullah sebagai persembahan. Dalam al-Qur’an kata al-Hadi yang diserta dengan alif dan lam tidak ada. Kata yang ada Hadi tanpa alif dan lam sebanyak tiga kali seperti firman Allah Swt:

وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus” (QS. Al-Haj [22]:54).

Allah Swt sebagai Al-Hadi berarti Allah Swt yang menganugerahkan petunjuk. Petunjuk Allah Swt kepada manusia bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.

2. Meneladani Allah dengan sifat al-Hadi
a. Meyakini bahwa petunjuk Allah Swt banyak sekali
Di dalam kehidupan di dunia, manusia sangat membutuhkan petunjuk. Petunjuk yang dibutuhkan sangat banyak dan ia harus yakin bahwa Allah Swt memiliki petunjuk-petunjuk itu. Agama mensyariatkan shalat hajat dan istikharah karena semata-mata manusia memerlukan eksistensi petunjukNya. Dengan demikian ketika seseorang melaksanakan shalat hajat atau istikharah, maka secara tidak langsung ia meminta petunjuk kepada Allah Swt Dzat yang memiliki petunjukpetunjuk
tersebut.

b. Meyakini bahwa agama merupakan petunjuk atau hidayah tertinggi
Allah Swt memberikan banyak hidayah atau petunjuk kepada hambanya. Setidaknya ada empat petunjuk yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia.

Pertama, Naluri. Hal pertama yang diberikan oleh Allah Swt adalah naluri. Naluri merupakan dorongan yang diciptkan oleh Allah Swt kepada manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang bayi yang terlahir ke dunia misalnya, dengan nalurinya langsung mencari air susu ibunya.

Kedua, panca indera. Allah Swt memberikan panca indera kepada manusia agar dengan panca indera mereka dapat eksis di muka bumi ini. Hanya saja banyak orang tertipu dengan panca inderanya, misalnya ketika seseorang di malam hari melihat bintang-bintang yang kecil sekali padahal dalam realitasnya ia besar.

Ketiga, Akal. Akal diberikan oleh Allah Swt untuk meluruskan petunjuk panca indera. Dengan akal manusia mampu menyaring dan menyimpulkan seluruh informasi yang diberikan oleh panca indera.

Keempat, Agama. Meskipun akal berfungsi menyaring informasi tetapi kemampuan akal terbatas karena akal hanya bisa menelaah alam fisik saja. Dengan demikian diperlukan agama untuk menelaah bidang yang tidak adapat dijangkau oleh akal.

c. Memberikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih
Bagi yang meneladani asma Allah al-Hadi, maka ia akan memberikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih. Hal ini harus dilakukan karena Allah Swt dalam memberikan petunjuknya kepada manusia tanpa didasari pamrih. Dengan demikian orang yang memiliki ilmu berkewajiban menyampaikan ilmunya sebagai petunjuk untuk membawa orang dari kegelapan menuju cahaya Allah Swt.

Sejarah Perkembangan Sains pada Zaman Modern

Januari 11, 2018 0

Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso, ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453.

Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. Zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan. Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Decrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan JJ. Thompson. Keterangan lebih lengkap sebagai berikut:

a. Isaac Newton (1643 M - 1727 M) 
Adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia dikatakan sebagai “Bapak ilmu fisika klasik”. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad ini.

b. Rene Descartes (1596 M - 1650 M) 
Ia dikenal sebagai Renatus Cartesius, adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Descartes kadang di panggil “Penemu filsafat modern” dan “Bapak matematika modern”. Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah semuanya tida ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir.

c. Charles Robert Darwin (1809 M - 1882 M) 
Adalah seorang naturalis yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (Common Descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling menggemparkan adalah “Nenek moyang manusia adalah kera”.

d. Joseph John Thompson (1856 M - 1940 M) 
Adalah seorang ilmuan dengan penelitiannya yang membuahkan penemuan Elektron. Thompson mengungkapkan bahwa gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu fisika nuklir. Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom dan sinar molekul yang berbeda dengan menggunakan sinar positif.

Selain pioneer di atas masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran dalam perkembangan ilmu. Diantaranya seperti Michael Faraday (1791 M - 1867 M) yang mendapat julukan "Bapak Listrik", karena berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya, dan Blaise Pascal (1623 M - 1662 M) adalah seorang ahli matematika, fisika, dan agama filsuf. Karyanya berupa kontribusi penting pada pembangunan mekanis kalkulator. Kemudian dari perkembangan ilmu sosial, muncul nama Auguste Comte (1798 M - 1857 M). Menurut Thoyibi, ia adalah tokoh yang mengusung “Filsafat Positivisme” dengan karyanya Cours De Philosophie Positive (Uraian tentang filsafat positivisme). Istilah dari “positif” ini sebagai sesuatu yang nyata, tepat, pasti, dan memberi manfaat.