Peran Penting Pendidik dalam Sudut Pandang Islam

April 20, 2018 0

Seorang pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dan terhormat dalam pendidikan Islam. Imam Al-Ghazali dalam tulisannya mengungkapkan bahwa “Seseorang yang berilmu kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah yang dinamakan orang besar di kolong langit ini. Dia itu ibarat matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri. Ibarat minyak kesturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan ia sendiri pun harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan sangat penting. Maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya ini.”

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang sangat penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tape recorder, komputer, internet maupun teknologi yang paling modern. Unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, serta motivasi kebiasaan dan keteladanan tidak akan dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Itu berarti, peran guru sangat strategis. Tetapi, tugas dan tanggungjawab guru pun sangat berat, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah, guru menjadi ukuran bagi murid-muridnya. Di masyarakat, guru menjadi suri teladan bagi warga masyarakat.

Menurut Al-Qur’an, tugas pokok Rasulullah SAW adalah mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia, serta mensucikan hati umatnya, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwanya.  Sebagai seorang pendidik yang agung, Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi lebih dari itu, ia mengemban tugas untuk memelihara kesucian manusia. Bagaimana dengan guru? Sebagai pendidik, guru juga harus memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kesucian dan fitrah peserta didiknya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan hal itu, al-Nahlawi berkesimpulan bahwa ada dua tugas pokok atau peran utama seorang guru dalam pendidikan Islam.
 
1. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembankan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.

2. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.

Karena peran dan fungsi pendidik yang sangat begitu berat, sosok pendidik yang utuh dan tahu terhadap kewajiban dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik sangat dibutuhkan. Pendidik juga harus mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam arti luas. Ia juga harus memahami risalah yang dibawa Rasulullah SAW serta mengamalkannya dengan konsisten yang sangat baik sehingga mendukung proses pembelajaran.

Syarat Pendidik dalam Sudut Pandang Islam

April 20, 2018 0

Dalam konsepsi Islam, Muhammad Rasulullah SAW adalah al-mu’allim al-awwal (pendidik pertama dan utama), yang telah dididik oleh Allah SWT Rabb al-‘Alamin. Pendidik teladan dan percontohan ada dalam diri pribadi Rasulullah SAW yang telah mencapai tingkatan pengetahuan yang tinggi, akhlak yang luhur, dan menggunakan metode dan alat yang tepat. Hal ini karena beliau telah dididik melalui ajaran-ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an. Q.S. Al-Qalam [68] ayat 4 menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sungguh memiliki akhlak yang agung, yang diperoleh dari pendidikan yang baik (ahsan ta’dib). Ketika Rasulullah SAW bersabda bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, Abu Bakar bertanya, “Saya tidak melihat dan mendengar seseorang yang lebih fasih dan lebih baik daripada Engkau, siapa yang telah mendidik Engkau?” Rasulullah SAW menjawab, “Tuhanku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan (ahsan ta’dib).

Seorang pendidik dengan berbagai kompetensinya diharapkan dapat menjalankan tugas profesinya dengan baik, ibarat seorang rasul menyampaikan risalah kepada umatnya. Untuk itu, Abdurrahman Al-Nahlawi mensyaratkan sepuluh sifat yang harus dimiliki pendidik. Kesepuluh sifat ini sebagai berikut.

1. Tujuan hidup, tingkah laku, dan pola pikir pendidik hendaknya bersifat rabbani, yaitu bersandar kepada Allah SWT, menaati Allah SWT, mengabdi kepada Allah SWT, mengikuti syariat-Nya, dan mengenal sifat-sifat-Nya.

2. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh keikhlasan. Pendidik dengan keluasan ilmunya hendaknya menjalankan profesinya hanya bermaksud mendapatkan keridhaan Allah SWT dan menegakkan kebenaran.

3. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran, karena tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan tergesa-gesa.

4. Menyampaikan apa yang diserukan dengan penuh kejujuran. Apa yang disampaikan terlebih dahulu sudah diamalkan pendidik, baik perkataan maupun perbuatan, agar anak didik mudah mengikuti dan menirunya.

5. Senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan terus menerus membiasakan diri untuk mempelajari dan mngkajinya. Pendidik tidak boleh puas dengan ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

6. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik, dan pandai menentukan pilihan metode yang digunakan sesuai suasana mengajar yang dihadapinya.

7. Memiliki kemampuan pengelolaan belajar yang baik, tegas dalam bertindak, dan mampu meletakkan berbagai perkara secara proporsional.

8. Mampu memahami kondisi kejiwaan peserta didik yang selaras dengan tahapan perkembangannya, agar dapat memperlakukan peserta didik sesuai kemampuan akal dan perkembangan psikologisnya.

9. Memiliki sikap yang tanggap dan responsif terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia, yang dapat memengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir peserta didik.

10. Memperlakukan peserta didik dengan adil, tidak cenderung kepada salah satu dari mereka, dan tidak melebihkan seseorang atas orang lain, kecuali sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.

Metode dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

April 09, 2018 0

Menurut Rusman (2011: 223-233) model make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007: 59).

Suyatno (2009: 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.

Tujuan dari pembelajaran dengan model make a match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match juga akan memberikan kesan kepada peserta didik sehingga ingatan akan materi yang dipelajari dengan model ini akan tertanam dengan baik. Oleh karena itu model ini perlu untuk dikaji dan dipraktikan oleh para guru dalam pembelajaran di kelas.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
  3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
  4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  6. Kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
  2. Meningkatkan kreativitas belajar siswa.
  3. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
  4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
  1. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran.
  2. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.
  3. Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.
  4. Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.