Belakangan sebutan munafik kerap disalahgunakan oleh anak-anak muda,
“Udah ga usah munafik, deh. Kalo suka minum, minum aja”
“Gw sih ga munafik ya, kalo emang pengen pacaran ya pacaran aja”
Mereka
mengira, seorang beriman yang menahan diri dari syahwat dunia adalah
munafik, karena dianggap lain di hati dan lain yang nampak. Mereka tak
mampu fahami bahwa setiap orang, sememangnya memiliki hasrat terhadap
hal-hal duniawi, namun seorang yang memiliki iman akan menahan diri
darinya.
Mari kita fahami, semua orang pernah berbuat
salah, tak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti punya sisi
gelap yang ia sembunyikan, dengan berbagai latar belakangnya. Bulan nan
indah tak hanya punya sisi benderang, ia punya sisi gelap yang ia
sembunyikan. Seorang beriman yang menyembunyikan aib atau dosa artinya
ia masih punya iman, karena secara fitrah dosa itu memang harus
ditutupi. Itu bukan munafik, tapi lebih kepada rasa malu atas dosa yang
ia lakukan. “Dosa itu apa yang mengganjal di hatimu dan engkau malu bila
diketahui orang lain”.
Yang lebih keliru adalah orang
yang mengumbar dosa secara terang-teranganan dengan alasan tak mau
munafik, sebab itu menandakan ia tak malu-malu berbuat dosa. Syetan
menelusup halus menipunya agar tak munafik, lalu ia justru jatuh pd
lembah kesalahan dg mengumbar dosa terang-terangaan. Akhirnya ia
menginspirasi orang lain berbuat dosa serupa. Orang yang memiliki cahaya
di hatinya sekalipun setitik kecil, akan malu mengumbar dosa yang sudah
Allah tutupi.
Munafik bukanlah orang yang nampak baik
tapi menahan diri dari keinginan duniawi, sebab setiap orang punya
keinginan terhadap kesenangan-kesenangan. Munafik bukanlah orang yang
nampak baik tapi sembunyikan dosa, sebab setiap orang pasti
melakukannya.
Munafik adalah apabila berkata ia berdusta, janji ia ingkar, dipercaya ia khianat.
loading...
EmoticonEmoticon